Liputan6.com, Jakarta Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi menanggapi cuitan Dokter Tifa soal Pandemi 2.0. Menurutnya, itu bukan pernyataan yang mewakili IDI melainkan pendapat personal.
"Bukan (dari IDI), itu pendapat personal," kata Adib saat ditemui di Jakarta Pusat, Kamis (7/9/2023).
Baca Juga
Adib mengatakan, masyarakat tak boleh percaya begitu saja pada informasi-informasi yang belum jelas pembuktian ilmiahnya.
Advertisement
"Saya kira dasar di dalam kita menyikapi problema kesehatan itu tentunya yang berdasar pada evidence based. Kita tidak melihat satu dasar dalam konteks informasi yang belum ada dasar-dasar ilmiah," kata Adib Khumaidi usai membuka acara media briefing Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2023.
Dia mengimbau masyarakat untuk mencari informasi dari sumber yang terpercaya.
Jangan langsung percaya terhadap sesuatu yang belum jelas kebenarannya, termasuk lockdown September 2023 akibat Pandemi 2.0.
"Kami ingin mengimbau kepada masyarakat untuk mencari referensi terkait problematika kesehatan dari referensi utama. Artinya, kami dari Ikatan Dokter Indonesia atau himpunan dokter spesialis," katanya.
Sementara, informasi dari Dokter Tifa tergolong dalam informasi personal. "Kalau informasi personal yang belum ada frame ilmiahnya, kami tentunya tidak bisa menjadikan itu sebagai dasar," katanya.
Cuitan Dokter Tifa
Dokter Tifa alias Tifauzia Tyassuma adalah seorang ahli epidemiologi molekuler. Dia kerap membagikan pendapatnya di media sosial terutama terkait kebijakan soal isu kesehatan.
Yang teranyar, dia berkicau soal prediksi Pandemi 2.0 dan lockdown yang disebut-sebut diterapkan pada September ini.
"Pandemi 2.0 yang dijadwalkan tahun 2025, ternyata dimajukan, bukan di 2024, tetapi di 2023," cuit Dokter Tifa pada Rabu 6 September 2023.
Cuitan itu sontak ramai jadi perbincangan mengingat belum ada keterangan resmi terkait hal tersebut dari Kementerian Kesehatan atau pihak lainnya.
Advertisement
Dokter Tifa Sebut Isu Polusi Hanya Alasan
Dokter Tifa juga menulis bahwa isu polusi udara yang sedang ramai akhir-akhir ini merupakan sebuah alasan agar masyarakat tidak protes.
"Dalam sebulan dua bulan, akan ada peraturan lockdown, WFH (kerja dari rumah), dan aturan pakai masker."
“Pertama agar masyarakat tidak protes, maka alasannya adalah polusi udara,” tulis Tifa.
Bahkan, dia berpendapat bahwa polusi udara yang terjadi saat ini seakan-akan sengaja dibuat.
“Chemtrails (jejak pesawat) terus ditaburkan, DEW (senjata energi) dengan hasil kebakaran hutan dan gedung-gedung, langit dibuat jadi forecast, seakan-akan menghitam karena jelaga batubara atau BBM (bahan bakar minyak,” tulisnya.
Adib Imbau Masyarakat Tak Termakan Hoaks dan Konspirasi
Dilanjutkan Adib bahwa selama ini, pandemi COVID-19 memberikan pembelajaran bagi masyarakat untuk tidak termakan hoaks.
"Jangan mudah termakan hoaks, jangan mudah termakan dengan isu-isu teori konspirasi dan sebagainya. Kita sudah banyak belajar dari pandemi maka carilah referensi yang itu memang jadi referensi terpercaya," pungkasnya.
Advertisement